Kenapa orang itu mencontek? Biar nilainya bagus? Biar nggak kelihatan o’on?
Gengsi dapet nilai jelek? Banyak hal atau alasan yang membuat seorang siswa itu
mencontek. Saya sendiri secara pribadi
sudah berhenti mencontek pas kelas XI kemarin. Dulu memang saya juga suka
nyontek karena nggak pede dengan hasil pekerjaan saya sendiri. Saya sering
takut kalau dapet nilai jelek, nanti gimana? Jangan-jangan nggak naik kelas.
Kepala cenat-cenut banget pas dapet nilai yang jelek. Seakan-akan saya sangant
bodoh (padahal iya). Lalu apa yang membuat saya berubah dikelas XI? Apakah saya
menjadi anak yang super jenius, atau mungkin saya telah mendapatkan donor otak
dari seorang Albert Einstein. Salah, saya masih seorang anak yg biasa dan tidak
menonjol dibidang akademik. Saya memang tidak pernah merasakan bagaimana
rasanya bisa mendapat ranking yang sangat bagus ataupun memenangi olimpiade
sains. Lalu apa yang membuat saya berubah? Akan saya ceritakan sosok yang
membuat saya berubah dan menjadi orang yang begitu aneh bila dilihat dari mata
duniawi. Orang-orang duniawi pasti akan mengecap saya aneh, kikir, pelit, tidak
setia kawan, karena saya selalu menolak ketika mereka bertanya kepada saya
ketika ulangan. Sosok yang begitu luar biasa yang menjadi inspirasi saya. Dia
yang telah memberikan segala sesuatu dalam hidup saya. Dia yang membuat saya
tahu apa yang menjadi tujuan hidup saya. Dia yang menjadikan hidup saya ini
menjadi lebih berarti. Dia yang menjamin hidup saya. Dia yang merancang masa
depan saya. Dia yang sedang mempersiapkan tempat bagi saya saat ini di
kerajaanNya. Dia yang begitu hebat, dahsyat, kuat, setia, adil, tegas, dan penuh
dengan kasih. Dialah Tuhan Yesus.
Saat
itu, bermula dari bangku SMP (hidup saya masih sama seperti anak-anak yang
lainnya). Saya duduk dikelas VII
waktu itu. Saat berada dikelas ada
seorang teman saya, dia pernah berkata “
Kasihan ya, Tuhan kamu itu nggak punya pakaian”(asumsi saya dia pasti pernah
nonton film the Passion of the Christ)
anak itu sering mengejek saya karena perbedaan agama kita. Sering kali setiap
hari dia selalu menghina, tapi saat itu saya bingung. Saya belum mengenal sosok
Tuhan yang sesungguhnya. Seandainya saya sudah kenal. Anak itu pasti tidak
dapat berkata-kata lagi. Seiring berjalannya waktu. Hal tersebut sudah berlalu.
Saya lulus dari SMP tersebut. Biasa saja awalnya. Seperti anak-anak yang
lainnya. Setelah saya lulus, saya mencari sekolahan untuk melanjutkan study
saya. Bangku SMA, itulah yang menjadi idaman oeh anak-anak SMP (seperti saya
juga). Awalnya saya ingin sekolah di Solo, tapi ibu saya menyarankan untuk
sekolah di SMA 1 KRA saja, kan deket rumah. Oke, walaupun berat karena
keputusan ibu saya akan mendaftar ke SMA 1 saja. Tapi karena terlalu asik
dengan liburan yang lamanya hampir lebih dari sebulan. Saya terlena, ternyata
pendaftaran di SMA 1 sudah ditutup. Saya langsung panik. Ibu saya pun juga
panik kelihatanya. Ternyata SMA 1 sudah
tidak dapat menerima siswa baru lagi. Lalu saya mau sekolah dimana? Ibu saya
memberikan opsi SMA 2 atau Karangpandan saja. Tapi kalau Karangpandan terlalu
jauh. Akhirnya opsi yang tersisa tinggal SMA 2. Oke, saya sekolah di SMA 2
saja. Tapi SMA 2 itu dimana ya? Saya dan
Ibu saya lalu mencari dimana itu SMA 2. Hampir nyasar, tapi akhirnya ketemu.
Ketika SMP. Saya sering bertanya kepada teman-teman saya “lulus mau lanjut
sekolah dimana?” Karena teman-teman saya banyak
yang nakal dan sering menjadi trouble maker di sekolah, mereka menjawab
“asal nggak ke SMA 2, karena disana isinya preman-preman semua” Saya langsung
berpikir, saya pasti tidak akan sekolah disitu. Tapi, ternyata Tuhan berkata
lain. Dia bilang “kamu akan sekolah disitu nak”. Suatu kenyataan yang agak aneh
menurut saya.
Resmi menjadi siswa SMA 2, awal-awalnya saya agak canggung karena belum
kenal siapa-siapa. Saya sering menghabiskan waktu disekolah dengan hanya
duduk-duduk didalam kelas. Lama kelamaan saya mulai kenal satu persatu anak
yang ada didalam kelas tersebut (sebut saja X8). Karena kita semua sudah saling
mengenal maka hubungan kitapun menjadi begitu dekat, dekaaat sekaliii. Karena
hubungan yang dekat itu, tidak jarang ketika ulangan (baik ulangan harian
ataupun semesteran) kami sering bekerja sama. Awalnya saya memang merasa biasa
saja, dan tidak merasa bahwa hal yang saya lakukan itu adalah suatu kesalahan
atau pelanggaran. Tapi satu hari, Tuhan berkata kepada saya “nak, apakah kamu
tidak tahu kalau Aku tidak suka dengan perbuatan dosa? Jika kamu tahu, kenapa
kamu terus melakukannya?”. Saya langsung
berpikir. Kenapa saya tega menghianati Tuhan dengan perbuatan cemar saya. Lalu
sejak saat itulah teman-teman, saya berkomitmen untuk tidak melakukan
kecurangan sekecil apapun ketika ulangan (baik itu memberikan contekan ataupun
mencontek). Ehm, mungkin orang yang membaca ini akan berpikir kalau saya memang
aneh, tapi saya berpikir, orang yang hidup menurut dunia inilah yang aneh.
Sekarang lihat saja, sudah tahu bahwa mencontek itukan tindakan yang ilegal,
merupakan suatu bentuk kecurangan, para guru saja melarang (tapi anehnya lagi,
ada guru yang malah mendukung muridnya untuk mencontek supaya nilainya bagus)
ckckck. Mencontek itukan juga dapat diartikan sebagai penipuan, atau pencurian.
Penipuan, karena orang yang mencontek itu menipu diri sendiri. Seharusnya
ketika ujian dia dapat nilai 6 tapi karena dia tidak mau mendapat nilai 6 dia
mencontek lalu mendapat nilai 9. Jangan punya semboyan be your self (jadi diri sendiri) kalau kamu masih suka mencontek.
Lalu kenapa saya sebut mencontek itu pencurian, karena mencontek itu mengambil
suatu jawaban dari orang lain. Saya yakin seua murid pasti sudah tahu kalau
mencontek itu salah, tapi kenapa masih saja dilakukan? Aneh.lalu contoh lain,
naik motor tidak pakai helm, tidak punya sim, kendaraan yang digunakan tidak
sesuai standar. Sudah tahu itu salah, tapi tetap saja masih banyak yang
melakukan.
Memang awalnya saya tidak langsung berubah begitu saja, saya melalui
proses yang begitu panjang di SMA ini, kelas XI adalah masa-masa yang paling
sulit tetapi juga menjadi momentum dalam hidup saya untuk memperjuangkan
kekudusan saya dalam bidang akademik. Saya sering mengalami jatuh bangun. Kadang
saya jatuh ketika di bidang study yang buat saya itu sangat sulit untuk
dikuasai (misal: fisika, bhs asing, biologi). Kadang saya juga jatuh ketika ada
seorang teman yang bertanya kepada saya, saya pernah merasa takut, jika tidak
saya beri jawaban nanti mereka marah, lalu tidak suka kepada saya, lalu bisa
saja memukuli saya karena begitu kesal. Tapi semuanya itu adalah resiko, apakah
saya akan menghianati Tuhan saya hanya agar dipuji oleh teman-teman saya?
Sekali lagi, saya melakukan semua ini, bukan karena saya pintar, bukan karena
saya sombong, bukan karena saya tidak mau teman-teman mendapat nilai yang baik,
bukan juga karena saya mengejar nilai atau prestasi. (nilai dan prestasi adalah
bonus atau reward dari apa yang sudah kita lakukan). Jika kita berkomitmen
untuk tidak mencontek, maka otomatis kita akan belajar dengan sungguh-sungguh
karena kita tidak dapat menjagakan seseorang ketika ulangan tersebut, bila
tidak siap, maka yang kita dapatkan adalah nilai yang jelek, itu juga merupakan
resiko. Intinya saya melakukan semua ini untuk Tuhan dan saya bersyukur untuk
bagian yang boleh saya lakukan ini. J